Sabtu, 26 November 2011

TAMAN HUTAN PINUS




Taman Hutan Pinus merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang sudah terkenal di kalimantan khusunya bagi masyarakat Banjar.Kita dapat beRekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat baik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakan penghijauan kota dan kebun pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu terdapat dua peninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura. Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yang dilindungi. letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin.

AIR TERJUN RIAM ANAI


Air Terjun Riam Hanail memiliki
ketinggian terjunan air 4 meter
dengan air yang sangat jernih dan
debitnya yang cukup deras.
Lokasi
Terletak di Desa Malaris,
Kecamatan Loksado, kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Propinsi
Kalimantan Selatan.
Aksesbilitas
Berjarak ± 2 km dari desa Malaris
dekat PLTA Loksado dan dapat
dengan mudah ditelusuri dengan motor
atau jalan kaki.

AIR TERJUN HARATAI


Objek wisata Air terjun Haratai terletak di desa Haratai, lebih kurang 15 menit perjalanan dengan jalan kaki dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan perkebunan karet atau kayu manis. Objek wisata Air terjun Haratai merupakan salah satu objek wisata yang ada di kalimantan selatan. air terjun Haratai terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Air terjun Haratai merupakan salah satu obyek wisata yang menjadi primadona bagi masyarakat Kalimantan Selatan, karena daerahnya yang asri dan juga pemandangannya yang indah.
Saat pertama kali kita mendatangi tempat ini, mata kita akan terkagum melihat keindahan deburan air yang jatuh, dengan suara gemuruh yang cukup keras.Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing 13 meter. selain itu di tempat ini juga di sediakan gazebo untuk kita beristirahat, atau bersantai sambil menikmati suasana.

AIR PANAS TANUHI


Pemandian Air
Panas Tanuhi terLetak di lembah pegunungan Loksado. Di sisinya mengalir sungai jeram nan
jernih dan dikelilingi tanaman yang menghijau. Untuk menuju lokasi wisata Pemandian Air Panas Tanuhi tersebut sangat mudah, karena dapat ditempuh melalui jalan darat. Jaraknya 30 kilometer dari pusat Kota Kandangan kabupaten Hulu Sungai Selatan,Kalimantan selatan. Anda bisa menggunakan mobil pribadi maupun angkutan pedesaan yang tersedia di Kota Kandangan. Tepat di pertigaan Desa Hulu Banyu, belok kiri setelah melalui sebuah jembatan ulin. Dari pertigaan tersebut hanya sekitar 400 meter, letaknya tepat berada di lembah pegunungan Loksado. Dari pintu masuk, ada jembatan beton penghubung dari jalan ke lokasi wisata. Dari atas jembatan terlihat jelas aliran sungai jeram
yang masih alami dengan pesona kehidupan masyarakat yang masih alami. Selain tempat pemandian air panas, Di Tanuhi ini Anda juga bisa menginap untuk menikmati sejuknya udara di lembah alam Loksado ini pada waktu pagi hari. Di sini tersedia bangunan rumah mini yang disebut
dengan dengan bangunan khas cottage. Ada 10 buah cottage yang tersedia untuk para pengunjung yang hendak menginap atau beristirahat.

GUNUNG KENTAWAN


Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah kawasan hutan lindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kota Kandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hanip atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan fauna yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang

PULAU KEMBANG



Bagi pendatang ke
Banjarmasin rasanya
kurang lengkap kalau tidak mengunjungi Pulau
Kembang di tengah
Sungai Barito
pinggiran Kota, dimana
terdapat sekitar dua ribu
ekor kera jinak. Untuk mencapai pulau
kembang yang merupakan
delta tersebut cukup
gampang cukup naik
klotok sekitar setengah
jam dari kota sudah sampai ke tujuan, disana
pengunjung bisa bercanda
dengan kera jinak atau
kera abu-abu di lokasi
ini.
Pihak pengunjung tak usah takut karena kera
tersebut tidak akan
menyerang pengunjung,
asal pengunjung tidak
menggangunya cukup
dengan memberikan makanan, berupa kacang
tanah, pisang , atau
buah-buahan lainnya. Salah seorang
pengunjung Pulau
Kembang, serta kumpulan
monyet di lokasi tersebut. PULAU KEMBANG Pulau Kembang adalah
sebuah delta seluas 60
Ha yang terletak di
tengah sungai Barito dan
merupakan habitat kera
ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis
burung. Pada tahun 1976,
pulau ini ditetapkan
sebagai hutan wisata
berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976. Menurut cerita, pulau
Kembang berasal dari
kapal Inggris yang
dihancurkan oleh orang
Biaju pada tahun 1750-
an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing
bekas kapal tersebut
lambat laun ditumbuhi
pepohonan dan berubah
menjadi sebuah pulau
yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-
orang desa yang berada
di sekitar pulau baru ini
menganggap bahwa
kera-kera tersebut
merupakan penjelmaan orang halus yang
memakai sarungan kera.
Kelompok kera tersebut
dipimpin oleh seekor kera
yang sangat besar
bernama si Anggur. Munculnya keyakinan
tersebut menjadikan
pulau yang baru muncul
ini dijadikan sebagai
tempat bernazar.
Masyarakat sekitar datang ke pulau ini
dengan membawa sesajen
seperti pisang, telor, nasi
ketan, mayang-pinang,
dan beberapa jenis
kembang. Oleh karena sering digunakan untuk
tempat berhajat dan
menabur kembang, pulau
baru tersebut lebih
dikenal dengan sebutan
Pulau Kembang. Di dalam kawasan hutan
wisata ini terdapat altar
yang diperuntukkan
sebagai tempat
meletakkan sesaji bagi
“penjaga” pulau Kembang yang
dilambangkan dengan dua
buah arca berwujud kera
berwarna putih
(Hanoman).
Keberadaan altar menunjukkan bahwa para
pengunjung yang datang
tidak sekedar berwisata
melihat kera, tetapi juga
datang untuk keperluan
berdoa, khususnya orang- orang Cina. Kera-kera di tempat ini
yang berjumlah ratusan
bahkan ribuan, sangat
akrab (walaupun ada
juga yang ganas) dengan
para pengunjung. Biasanya ketika para
wisatawan datang
berkunjung, kera-kera
tersebut banyak yang
menunggu di dermaga,
menunggu para wisatawan memberi
mereka makanan seperti
pisang, kacang dan
sebagainya. Namun
karena tidak semua
kera-kera di tempat ini bersahabat dengan para
pengunjung, maka ada
baiknya para pengunjung
memperhatikan hal-hal
berikut ini: Siapkan makan-
makanan ringan seperti
kacang kulit, pisang dan
sebagainya untuk
diberikan kepada para
kera. Taruhlah barang
bawaan seperti tas di
tempat yang aman dan
tersembunyi. Barang
bawaan atau tas
terkadang direbut oleh sekelompok kera dan
dibawanya kabur.
Berhati-hati juga
menyimpan barang
bawaan (tas atau
sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena
kera-kera tersebut bisa
naik ke klotok dan
mengobrak-abrik barang
bawaan para pengunjung.
Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta,
sehingga cukup bijaksana
jika para pengunjung
menyiapkan uang receh.
Para kera mengerubuti
para pengunjung yang baru turun dari klotok
Pulau Kembang
ditempati oleh ratusan
bahkan ribuan monyet dan
beberapa jenis burung.
Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu
dengan salah satu spesies
monyet yang menjadi
maskot fauna
Kalimantan Selatan,
yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Kera ini
memiliki sifat pemalu,
berambut cokelat
kemerah-merahan, dan
berhidung panjang. Di
tempat ini, para pengunjung juga bisa
menyaksikan kera-kera
yang bisa berenang.
Selain itu, para
pengunjung dapat
berinteraksi dengan memberikan makanan
berupa kacang dan
merasakan sensasi luar
biasa ketika dikerubuti
kera-kera yang sangat
banyak tersebut. Selain menjadi tempat
ribuan kera, di tempat ini
ternyata juga ada sebuah
kuil yang biasanya
digunakan oleh para
pengunjung untuk meletakkan sesajen atau
melaksanakan
nadzarnya. Pulau ini
sering dihubungkan
dengan kejadian-
kejadian mistis. Banyak para pengunjung yang
mengaku mengalami hal-
hal mistis seperti melihat
jembatan yang
menghubungkan pulau
Kembang dengan daratan; melihat sosok
pangeran berbaju putih
mengendarai kuda
melintas di atas jembatan
itu, dan lain sebagainya. Pulau Kembang terletak
di tengah sungai Barito,
Kecamatan Alalak,
Kabupaten Barito
Kuala, Kalimantan
Selatan. Pulau seluas 60 hektare
ini berjarak sekitar 1,5
km kota Banjarmasin dan
dapat ditempuh dengan
menggunakan perahu
klotok sewaan dengan harga sekitar Rp 200.000 perjamnya atau
bisa lebih murah jika
pengunjung pandai
menawar. Waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 10 menit
dari kota Banjarmasin.
(sumb:wisata melayu)

Jumat, 25 November 2011

BEKANTAN


Bekantan merupakan salah satu jenis
satwa liar yang dilindungi Undang-
undang. Penyebaran satwa ini sangat
terbatas dan untuk kelangsungan
hidupnya memerlukan kondisi tertentu.
Dibawah ini diuraikan secara singkat mengenai apa dan bagaimana satwa
ini, sehingga kita dapat melangkah
untuk menjaga kelestariannya.
Nama-Latin : Nasalis larvatus Nama-Inggris : Proboscis Monkey Status: Dilindungi berdasarkan
Ordonansi Perlindungan
Binatang Liar Tahun 1931 No.
134 dan No. 266 jo UU No. 5
Tahun 1990. Berdasarkan
Red Data Book termasuk dalam kategori genting,
dimana populasi satwa
berada di ambang
kepunahan.
Di Kalimantan , jenis kera ini dikenal
juga dengan nama Kera Belanda, Pika,
Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Satwa ini merupakan Maskot Propinsi
Dati I Kalimantan Selatan (SK Gubernur
Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990).
Penyebaran
Bekantan merupakan kera endemik
yang hanya hidup di Kalimantan
Selatan, terutama di pinggiran hutan
dekat sungai, hutan rawa gambut,
hutan rawa air tawar, hutan bakau dan
kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman. Ciri khas Seperti primata lainnya, hampir seluruh
bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan
bahunya berwarna coklat kekuning-
kuningan sampai coklat kemerah-
merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan.
Perbedaan antara jantan dan
betina
Jantan : Rambut pipi bagian
belakang berwarna
kemerah-merahan, bentuk
hidung lebih mancung
Betina : Rambut pipi bagian
belakang berwarna
kekuning-kuningan,
bentuk hidung lebih kecil.
Behaviour / Tingkah laku
Masa kehamilan 166 hari atau 5-6 bulan
dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor
anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan hidup
berkelompok/sub kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat.
Biasanya dalam satu kelompok
berjumlah sekitar 10 sampai 20 ekor. Bekantan aktif pada siang hari dan umumnya dimulai pagi hari untuk mencari makanan berupa daun-daunan dari pohon rambai/pedada (Sonneratia alba), ketiau (Genus motleyana), beringin (Ficus sp), lenggadai (Braguiera parviflora), piai (Acrostiolum aureum),
dan lain-laian. Pada siang hari Bekantan menyenangi
tempat yang agak gelap/teduh untuk
beristirahat. Menjelang sore hari,
kembali ke pinggiran sungai untuk
makan dan memilih tempat tidur.
Bekantan pandai berenang menyeberangi sungai dan menyelam di bawah permukaan air.

Kamis, 24 November 2011

KAIN SASIRANGAN




Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat
setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara- upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari, dan merupakan ciri khas sandang dari Kalsel. Di Kalsel, kain sasirangan merupakan salah satu kerajinan khas daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit
dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut
jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan. Proses Pembuatan Kain Sasirangan Pertama menyirang kain, Kain dipotong secukupnya disesuaikan untuk keperluan pakaian wanita atau pria. Kemudian kain digambar dengan motif- motif kain adat, lantas disirang atau dijahit dengan tangan jarang-jarang/ renggang mengikuti motif. Kain yang telah dijahit, ditarik benang jahitannya dengan tujuan untuk mengencangkan jahitannya, sehingga kain mengerut dengan rapat dan kain sudah siap untuk masuk proses selanjutnya. Kedua penyiapan zat warna, Zat warna yang digunakan adalah zat warna untuk membatik. Semua zat warna yang untuk membatik dapat digunakan untuk pewarnaan kain sasirangan. Tapi zat warna yang sering digunakan saat ini adalah zat warna naphtol dengan garamnya. Bahan lainnya sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO/ Sepritus, air panas yang mendidih. Mula- mula zat warna diambil secukupnya, kemudian diencerkan/dibuat pasta dengan menambahkan TRO/Spirtus, lantas diaduk sampai semua larut/ melarut. Setelah zat melarut semua, kemudian ditambahkan beberapa tetes soda api dan terakhir ditambahkan dengan air panas dan air dingin sesuai dengan keperluan. Larutan harus bening/jernih. Untuk melarutkan zat warna naphtol sudah dianggap selesai dan sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan. Untuk membuat warna yang dikehendaki, maka zat warna naphtol harus ditimbulkan/dipeksasi dengan garamnya. Untuk melarutkan garamnya,
diambil sesuai dengan keperluan kemudian ditambahkan air panas sedikit
demi sedikit sambil diaduk-aduk kuat- kuat sehingga zat melarut semua dan didapatkan larutan yang bening. Banyaknya larutan disesuaikan dengan keperluan. Kedua larutan yaitu naphtol dan garam sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan, yaitu dengan cara pertama-tama mengoleskan/menyapukan zat warna naphtol pada kain yang telah disirang yang kemudian disapukan lagi/ dioleskan larutan garamnya sehingga akan timbul warna pada kain sasirangan yang sudah diolesi sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci bersih-bersih sampai air cucian tidak berwarna lagi. Kain yang sudah bersih, kemudian dilepaskan jahitannya sehingga terlihat motif-motif bekas jahitan diantara warna-warna yang ada pada kain tersebut. Sampai disini proses pembuatan kain sasirangan telah selesai dan dijemur salanjutnya diseterika dan siap untuk dipasarkan.

KUE PUTRIE SELAT


Setiap memasuki bulan Ramadhan, bermunculan aneka macam kue khas Banjar di Kalimantan Selatan. Salah satunya adalah kue “Puteri Selat”, kue tradisional yang pada masa kerajaan Banjar menjadi kegemaran kaum bangsawan. Pasar Wadai (pasar kue) di jalan Jenderal Sudirman yang terletak di tepi Sungai Martapura kota Banjarmasin kalimantan Selatan sejak dibuka pada hari pertama bulan puasa hingga kini selalu Ramai pengunjung. Orang Banjar biasanya menjadikan kue tradisional untuk hidangan penutup saat makan. Dipasar Wadai, kue khas Banjar yang jarang dijumpai, akan banyak bermunculan. Seperti kue Kak Kicak, Puteri Selat, Bingka Barandam serta Batatak Sagu. Sebenarnya bukan sekadar adonan resep yang hanya dirasakan lidah semata. Lebih dari itu, makanan khas banjar adalah cita rasa sosial budaya yang penuh makna. Ibu Rukayah Tarmidji adalah salah seorang pembuat kue khas “Puteri Selat” yang cukup dikenal di Banjarmasin. Dirumahnya di jalan Sutoyo kota Banjarmasin, setiap hari, puluhan loyang kue Puteri Selat, diolah. Kesibukannya akan semakin bertambah terutama di bulan Ramadhan. Kue Puteri Selat buatan Rukayah memiliki cita rasa yang beda, yakni manis dan lembut karena menggunakan bahan alami tanpa zat pewarna maupun zat pengawet. Resep yang digunakannya pun merupakan warisan keluarganya sejak puluhan tahun silam. Bahan-bahan untuk membuatnya adalah tepung terigu, santan kelapa muda, kuling terul tambak, gula merah barabai dan daun pandan untuk pewarna hijau. Menurut Rukayah, kue Puteri Selat pertama kali diperkenalkan oleh Puteri Junjung Buih, seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa yang menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Untuk menjaga kualitas, ada beberapa adonan dari bahan tertentu yang harus dikerjakan sendiri oleh Rukayah dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain. Harga per potong atau satu iris kue Putri Selat dijual 12 Ribu Rupiah. Harga tersebut sesuai dengan rasa yang nikmat. Selain Puteri Selat, kue lainnya buatan Rukayah, diantaranya adalah Sari Muka, Sari Penganten, Hula-Hula, Lapis Ketan, Amparan Tatak dan Kararaban. Bagi warga di Banjarmasin, menunggu saat berbuka puasa tak terasa jika sudah berada di pasar Wadai, karena selain kue dan makanan, perhiasan dan kebutuhan rumah tangga juga banyak dijual di pasar itu.

MUSIK PANTING


A. SEJARAH MUSIK PANTING
Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada
musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
B. TOKOH-TOKOH MUSIK PANTING Pada umumnya orang yang memainkan musik panting adalah masyarakat Banjar. Tokoh yang paling terkenal sebagai pemain panting adalah A. SARBAINI. Dan ada juga group-group musik panting yang lain. Tetapi sekarang ini seiring dengan adanya perkembangan zaman group musik panting menjadi semakin sedikit bahkan jarang ditemui.
C. ALAT-ALAT MUSIK PANTING Alat-
alat musik panting terdiri dari :
a.Panting, alat musik yang berbentuk seperti gabus Arab
tetapi lebih kecil dan memiliki senar. Panting dimainkan dengan cara dipetik.
b. Babun, alat musik yang terbuat dari kayu berbentuk bulat, ditengahnya terdapat lubang, dan di sisi kanan dan kirinya dilapisi dengan kulit yang berasal dari kulit kambing. Babun dimainkan dengan cara dipukul.
c. Gong, biasanya terbuat dari aluminium
berbentuk bulat dan ditengahnya terdapat benjolan berbentuk bulat. Gong dimainkan dengan cara dipukul.
d. Biola, sejenis alat gesek.
e. Suling bambu, dimainkan dengan cara ditiup.
f. Ketipak, bentuknya mirip tarbang tetapi ukurannya lebih kecil, dan kedua sisinya dilapisi dengan kulit.
g. Tamburin, alat musik pukul yang terbuat dari logam tipis dan biasanya masyarakat Banjar menyebut tamburin dengan nama guguncai.
D. CARA PENYAJIAN MUSIK PANTING Menurut cara penyajiannya panting termasuk jenis musik ansambel campuran. Karena terdiri dari berbagai jenis alat musik. Dalam pertunjukan musik panting, biasanya jumlah pantingnya sebanyak 3 buah dan ditambah alat-alat musik lainnya. Musik panting disebut juga dengan nama japin apabila penyajiannnya diiringi dengan tarian. Musik panting disajikan dengan lagu-lagu yang biasanya bersyair pantun. Pantun tersebut berisi nasehat ataupun pantun petuah, dan pantun jenaka. Lagu yang dinyanyikan monotor, yang artinya musik tersebut dinyanyikan tanpa ada reff. Pemain musik panting memainkan musik tersebut dengan cara duduk, para pemain laki-laki duduk dengan bersila, sedangkan pemain perempuan duduk dengan bertelimpuh. Para pemain musik panting pada umumnya mengenakan pakaian Banjar. Yang laki-laki mengenakan peci sebagai tutup kepala sedangkan pemain perempuan menggunakan kerudung. E. FUNGSI MUSIK PANTING
Musik panting mempunyai fungsi sebagai :
1. Sebagai hiburan, karena musiknya dan syair-syairnya yang terkadang jenaka dan dapat menghibur orang banyak. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan pada acara perkawinan.
2. Sebagai sarana pendidikan, karena didalam musik panting syainya berisi tentang nasehat-nasehat dan petuah.
3. Sebagai musik yang memiliki nilai- nilai agama, karena musik-musiknya mengandung unsur-unsur agama.
4. Untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama warga masyarakat.
5. Sebagai kesenian musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.

kuriding


Kuriding adalah sebuah alat musik khas
Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan
oleh seniman dari etnis Bakumpai
maupun Banjar. Kuriding dibuat dari
enau atau kayu mirip ulin yang hanya
ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Cara memainkan Kuriding adalah
tangan kiri memegang tali pendek
melingkar yang menahan bilah kayu itu
agar menempelkan di mulut.Tangan
kanan menarik-narik tali panjang yang
diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-
deru, diiringi bunyi menghentak-hentak
berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut
pemain Kuriding, sedangkan bunyi
menghentak-hentak dari tarikan tangan kanan…Alat musik Kuriding diketahui
melalui lagu Ampat Lima yang salah
satu liriknya adalah "ampat si ampat
lima ka ai, Kuriding patah,.." tapi jarang
ada yang melihat bentuk alat itu apalagi
orang memainkannya. Tangan kirinya memegang tali pendek
melingkar yang menahan bilah kayu itu
agar menempelkan di mulut. Tangan
kanannya menarik-narik tali panjang
yang diikat pada ujung bilah sebelahnya.
Terdengar seperti suara angin menderu- deru, diiringi bunyi menghentak-hentak
berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut
pemain Kuriding, sedangkan bunyi
menghentak-hentak dari tarikan tangan
kanan. Begitu pemain kuriding beraksi, berhamburan para wartawan
mengabadikan permainan musik langka
itu. Itulah salah satu atraksi musik
kuriding yang ditampilkan dalam acara
pembukaan Kongres Budaya Banjar,
Ahad (4/4). Alat musik Kuriding diketahui melalui
lagu “ampat lima ading ai Kuriding
patah,..” tapi jarang ada yang melihat
bentuk alat itu apalagi orang
memainkannya. Sayangnya penampilan
pemain Kuriding dari Ngaju Kantor, Marabahan itu hanya sejenak saja.
Raminah, salah seorang pemain
Kuriding ditemui di belakang panggung,
menceritakan ia sudah 15 tahun menjadi
pemain Kuriding.
Bagi perempuan yang berusia 45 tahun itu, orang bisa bermain kuriding sudah
langka. Apalagi tingkat kesulitan
menguasai alat cukup tinggi, “Dulu
jumlah kami yang belajar kuriding
sekitar 50 orang, tapi terus bermain
hanya tiga orang,” kata Raminah sambil memperlihatkan kuriding kepada
Urbana.
Ia mewarisi kuriding dari ayahnya, lalu
menceritakan bahan membuat kuriding
dari enau, atau kayu mirip ulin yang
hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Sesulit memainkannya, alat
kuriding juga sulit dibuat meskipun
tampak sederhana. “Kalau salah
membuatnya dapat membahayakan
pemain, makanya lagu Kuriding patah
itu benar adanya. Sebab, kuriding bisa patah ketika dimainkan dan berakibat
membahayakan pemainnya,”
terangnya. Melihat kenyataan demikian,
perempuan dari suku Bakumpai ini
khawatir, generasi muda kini susah
belajar bermain musik tradisional Kuriding.

gamelan banjar


Gamelan Banjar adalah seni karawitan
dengan peralatan musik gamelan yang
berkembang di kalangan suku Banjar di
Kalimantan Selatan. Gamelan Banjar
yang ada di Kalsel ada 2 jenis yaitu versi
keraton dan versi rakyatan. Dalam perkembangannya musik gamelan
Banjar versi keraton semakin punah.
Sementara musik Gamelan Banjar versi
rakyatan hingga saat ini masin eksis. Gamelan Banjar keberadaannya sudah
ada sejak jaman Kerajaan Negara Dipa
pada abad ke-14 yang dibawa oleh
Pangeran Suryanata ke Kalimantan
Selatan bersamaan dengan kesenian
Wayang Kulit Banjar dan senjata keris sebagai hadiah kerajaan Majapahit.
Pada masa itu masyarakat Kalsel pada
waktu itu dianjurkan untuk meniru
budaya Jawa. Pasca runtuhnya Kerajaan
Negara Daha (1526), ada beberapa
pemuka adat yang mengajarkan seni gamelan dan seni lainnya kepada
masyarakat. Masa Pangeran
Hidayatulla, penabuh-penabuh gamelan
disuruh belajar menabuh gamelan di
keraton Solo. Dalam hal itu hingga
sekarang, baik pukulan dan lainnya menjadi panutan gamelan Gusti-gustian,
terutama sekali pukulan yang hanya
ditambah dua kali akhir gong. Selain itu,
tidak ditemukan lagi gamelan yang
lengkap seperti Simanggu Besar dan
Simanggu Kecil, namun yang dikenal hanya lagu : ayakan, perangan, geol,
mas mirah dan perang alun.

pulau datu


Pulau Datu adalah pulau kecil yang terdapat di dekat Pantai Batakan, kecamatan Panyipatan, Tanah Laut, Kalsel. Dinamakan pulau Datu karena di pulau tersebut terdapat makam seorang datu (sunan/penyebar agama Islam) yang dikenal dengan sebutan Datu Pamulutan,
yang dahulu punya kegemaran menangkap burung dengan pulut (getah). Datu Pamulutan ini bukan nama asli beliau melainkan hanya sebutan/gelar yang diberikan masyarakat karena semasa hidup beliau suka mamulut (cara berburu dengan menggunakan getah, biasanya untuk berburu unggas) burung. Menurut cerita warga setempat dahulunya pulau Datu dan pantai Tanjung Dewa merupakan satu kesatuan, namun karena proses alam maka akhirnya pulau Datu dan pantai Tanjung Dewa terpisah.
Jika kita ingin ke Pulau Datu kita tinggal menyewa perahu yang ada disana. Kita tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam
karena biayanya tidak terlalu mahal. Berdasarkan kalender wisata pada bulan Maret ini akan dilaksanakan haul Datu Pamulutan di desa Tanjung Dewa tersebut. Selain bisa menikmati wisata alam kita juga bisa menikmati wisata religius disana. Bagi yang beruntung, di sekitar Pulau Datu juga akan ditemui beberapa ikan lumba-lumba berkeliaran. Manaqib Datu Pamulutan
Datu Pamulutan sebenarnya bernama Sultan Hamidinsyah yang berasal dari Batang Banyu Mangapan Martapura, sehingga nama M Thaher merupakan nama samaran dalam menjalankan tugas sebagai wali dan hamba Allah.
Sultan Hamidinsyah ini mempunyai adik yang bernama Sultan Ribuansyah yang juga seorang pengemban dakwah, dalam menyebarkan Islam mereka menempuh jalan masing-masing, yaitu Hamidinsyah atau Datu Pamulutan ke arah timur dan adiknya kearah barat.
Datu Pamulutan mempunyai seorang murid setia yang selalu mengiringi perjalanan beliau, namanya H Syamsudin yang mempunyai nama asli Bamasara. Syamsudin, menurut pendapat sebagian orang adalah penduduk asli Tanjung Dewa yang juga dimakamkan di Pulau Datu, posisinya lurus dihunjuran (bagian kaki) makam gurunya.
Didalam kubah datu pamulutan, masih ada dua makam lainnya, yaitu makam H Abdussamad dan H Jafri, mereka adalah dua bersaudara itu sebagai seorang guru agama dan pada saat wafatnya juga berpesan agar dimakamkan di pulau Datu.
Datu Pamulutan selama hidupnya senantiasa melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang wali untuk menyebarkan agama, ia juga memiliki jiwa patroiotisme dan heroisme, terbukti
dengan perannya dalam mengkoordinir masyarakat Desa Tanjung Dewa untuk mengusir penjajan Portugis.
Kemudian, dari semua kegiatan yang patut dicatat selama hidupnya, Datu Pamulutan mampu membagi waktunya untuk tiga kegiatan yang bukan pekerjaan mudah, yaitu menyebarkan agama kepada masyarakat, mengkoordinir masyarakat untuk melawan penjajah yang ingin mendarat melalui pantai muara Tanjung Dewa dan sekitarnya, juga tetap menjalankan hobinya memulut (menjebak, Red) burung di daerah Tanjung Dewa, sehingga dari sinilah ia mendapat gelar sebagai Datu Pamulutan.
Dalam perjuangan melawan penjajah yang sudah sempat memasuki Kota Bandarmasih, ia mempunyai anak buah, yaitu Patih Mulur dan Patih Matis yang bertugas di daerah Pulau Pinang, Datu Saliwah yang punya ciri muka hilang sebelah di Tabuniu, Pangeran Penyapu Rantau, Datu Sumpit Gunung Dewa, Panglima Dumalik Kandangan Lama di Kandangan Lama mempunyai sebuah senjata sakti yaitu parang jarum, karena terbuat dari sekarung jarum, Patih Singa di Tanjung Selatan. Patih Arjan di daerah perbatasan Sebuhur.
Yang cukup menonjol dalam hal ini masalah fanatisme beragama, benar- benar di laksanakan antara yang halal dan haram yang suci dan najis. Sehingga sebelum beliau wafat sudah sempat berpesan, bila kelak dipanggil oleh Allah agar dikuburkan di desa Tanjung Dewa.
Setelah berpesan, beliau menggaris batas tanah dengan ibujari kaki. Untuk membatasi tanah agar tidak tercemar dari hal-hal najis, seperti dikencingi anjing, apalagi sampai diinjak penjajah kafir.
Di sinilah tampak keramat beliau, tanah yang digaris lambat laun menjadi sungai kecil dan akhirnya menjadi lautan. Sehingga tanah yang digaris jadi pulau tersendiri. Datu pamulutan wafat dan dimakamkan di Pulau Datu tahun 1817 Masehi, sedangkan muridnya menyusul 8 tahun kemudian atau pada tahun 1825 Masehi.
Sebenarnya ia wafat di desa tempat tinggalnya di Martapura, kelak bila meninggal dimakamkan ke Tanjung dewa. Karena jalan waktu itu masih belum seperti sekarang, maka jenazah dibawa lewat sungai kemudian menyisir
laut dengan menggunakan sampan. Di sini kembali terlihat karamahnya, sampan yang digunakan menurut pandangan orang awam bukanlah sampan yang layak untuk mengarungi lautan, karena kecil dan lagi bocor, sehingga ragu apakah sampai atau tidak.
Namun dengan ridho dan rahmat Allah akhirnya sampan bisa sampai ke Tanjung Dewa.
Sampai sekarang, tanah yang menjadi makam beliau terpisah dari daratan, berjarak sekitar 1,2 - 1,5 kilometer. Sekarang sudah ada dermaga yang cukup sederhana, pengelolaan makam sendiri dilakukan oleh pihak ahli waris dan kerabat H Syamsudin muridnya, Makam keramat ini juga sudah menjadi tempat wisata religius, memanjatkan doa untuk dirinya. Namun karena letaknya di dekat wisata Batakan. Kondisi tersebut memungkinkan masyarakat sekitar untuk mendapat penghasilan tambahan, yaitu mengantar peziarah menyeberang dengan menggunakan perahu.

taman mina tirta


Keindahan di Taman Mina Tirta Pelaihari waktu siang, sungguh nyaman untuk tempat beristirahat dan santai sejenak sambil menikmati keindahan panorama kolam di Taman Mina Tirta ini. Selain ada taman bermain anak-anak, taman bunga, juga ada sarana rekreasi berupa perahu sewa berbentuk angsa untuk bersenang senang mengitari kolam Taman Mina Tirta Pelaihari ini. Selain itu, bagi kamu yang hobi mancing juga bisa menyalurkannya disini. Disekitar Taman juga ada sejumlah pedagang yang menyediakan beraneka minuman segar, tempat yang sangat cocok bagi kamu yang mau ber istirahat sejenak. Bagi kamu yang dari Kota Baru, Kintap dan sebagainya yang hendak bepergian ke Kota Banjarmasin, bisa mampir dan istirahat sebentar di taman ini, tempatnya tidak jauh dari simpang perkantoran Pemda Tanah Laut.

bukit kayangan


Bukit Kayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan perbukitan dan hamparan perkebunan Kelapa Sawit. Aksesibilitas darat dapat ditempuh ± 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya di desa Ambungan sebelum kita menuju/ memasuki Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut. Sarana yang tersedia saat ini berupa tempat ibadah (Mushola), dan jenis wisata yang bisa dikembangkan berupa wisata MICE (Wisata Meeting and Conference).

Kerbau Rawa Banua Raya

Menyusuri sungai dan rawa untuk menyaksikan kumpulan hewan kerbau rawa liar. Kerbau rawa ini jumlahnya 180 ekor yang mana biasanya mereka berada di kawasan hutan yang ditumbuhi banyak pohon galam. Wisata sungai dengan pemandangan gunung dan areal persawahan. Terletak 26 km dari kota Pelaihari atau tepatnya di Desa Benua Raya Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.


Daya dukung lingkungan yang berada di antara pegunungan dengan pengembangan wisata memancing dan berperahu.

air terjun balangdaras


Air terjun Balangdaras terletak 25 km dari kota Pelaihari tepatnya di desa Tanjung kecamatan Bajuin Pelaihari. Air terjun Balangdaras memiliki panorama pegunungan yang indah dan eksotik. Berada di ketinggian pegunungan dengan ketinggian ± 45m Air Terjun Balangdaras berada di kawasan pegunungan Maratus.

pantai tanjung dewa


Pantai Tanjung Dewa terletak di Desa Tanjung Dewa Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Hanya dengan menempuh jarak sekitar 100 km dari kota Banjarmasin maka kita sudah tiba di pantai Tanjung Dewa. Jarak yang tidak
terlalu jauh ini memungkinkan kita untuk dapat berakhir pekan ke pantai Tanjung Dewa ini kapanpun kita mau. Perjalanan menuju pantai Tanjung Dewa ini sangat tidak membosankan karena kita akan melintasi areal persawahan dan pegunungan yang hijau dan indah. Sangat cocok untuk melepaskan kepenatan terhadap rutinitas harian kita.Beberapa pantai di Kalsel lebih menonjolkan pesona pasirnya, namun pantai Tanjung Dewa sedikit berbeda yaitu dengan keindahan karangnya yang lebih mempesona. Pantai Tanjung Dewa memiliki 2 bagian, ada bagian yang berpasir dan ada juga yang berkarang. Jika kita duduk di atas salah satu karangnya, maka sangat tepat untuk menikmati landscape pantai dan laut secara bersamaan. Tidak hanya itu saja, selain bisa menikmati keindahan laut dan pantai kita juga bisa menikmati keindahan pegunungan dari kejauhan. Saat cuaca cerah lekuk-lekuk gunung akan sangat jelas terlihat.

pantai batu lima


Pantai Batu Lima terletak di desa Kuala Tambangan kecamatan Takisung, dari ibukota Kabupaten Tanah Laut (Pelaihari) berjarak ± 35 km. sarana yang tersedia di objek ini seperti : Play Ground, Shelter dan Cottage yang berjumlah 18 buah. Menurut legenda, lima buah batu tersebut sebagai tempat pemandian 5 orang putri (Upacara Adat Mandi Badudus).

air terjun bajuin


Air Terjun Bajuin terletak 10 km dari kota Pelaihari tepatnya di Desa Sei Bakar
Kabupaten Tanah Laut atau 75 km dari kota Banjarmasin ibukota Kalimantan Selatan. Air terjun Bajuin yang meiliki panorama pegunungan yang sangat indah Air terjun Bajuin yang mengalir dengan derasnya Air Terjun Bajuin memiliki panorama pegunungan yang indah dan eksotik. Air terjun Bajuin ini terletak di kawasan lereng pegunungan Meratus serta ditingkahi kencangnya angin yang menyebabkan air terjun seolah-olah menari-nari dari atas puncaknya menuju
ke bawah.

Selasa, 22 November 2011

pantai tangkisung


Pantai Takisung adalah salah satu pantai yang ada di kaliamanntan. Pantai ini terletak di sebelah Barat Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang lebih kurang lebih 87 km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sepanjang pantai ini terdapat tanaman mangrove dan persawahan pasang surut serta ada beberapa perumahan yang berada di pesisir pantai tersebut. Kondisi di sekitar pantai pantai ini sangat kotor akibat banyaknya timbunan lumpur dan samapah di sepanjang pantai,serta ranting - ranting pohon yang berserakan ,kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kualitas pantai. lumpur disepanjang pantai dapat menyebabkan kekeruhan pada air laut hal ini berakibat buruk untuk ekosistem yang ada di laut. Padahal pantai Takisung ini dijadikan objek wisata tetapi sangat disesalkan tidak dirawat dengan baik. Di pantai Takisung sering terjadinya abrasi dimana terjadi fluktasi tiap tahun nya. Abrasi terjadi karena tidak ada yang mampu menahan hantaran gelombang yang datang dari laut karena di pantai Takisung tidak terdapat trumbu karang untuk menahan gelombang pasang tersebut. Bahkan pohon bakau yang terdapat di sekitar pantai tidak dapat menahan gelombang besar karena jumlah pohon bakau yang begitu sedikit. Sehingga di buatlah siring tetapi itupun di daerah tertentu saja, tidak sepanjang pantai. Jika Abrasi ini dibiarkan begitu saja lambat laun abrasi ini akan meluas. Penduduk disana kebanyakan mata pencariannya adalah sebagai nelayan, petani dan juga berternak. Sawah di daerah pantai ini adalah sawah tadah hujan menunggu datangnya hujan. Dan apabila terjadi pasang pada air laut maka berakibat sawah mereka akan gagal. Adapun hewan ternak yang ada disana kebanyakan sapi, bebek dan kambing. Sedangkan bagi nelayan untuk mencari nafkah mereka menangkap ikan yang kemudian sebagian dijual dan sebagian lagi diolah menjadi ikan asin dan ikan asin tersebut akan dijual dipasar. Salinitas merupakan larutan garam yang terkandung dalam air/ fluida yang dapat mempengaruhi kualitas air. Air dengan larutan garam yang tinggi akan tidak baik untuk sistem irigasi ataupun kebutuhan air bersih masyarakat. salinitas air laut yang terdapat di pantai Takisung yaitu kurang lebih mencapai 30 %, artinya salinitas air lautnya tinggi. Salinitas sangat berpengaruh terhadap kesehatan makhluk hidup. Pada pengukuran pH air laut di Tangkisung dengan menggunakan alat soiltester kami memperoleh pH air laut di tangkisung mencapai 9 yaitu dalam keadaan basa. Selain itu kami juga mengukur kecerahan air yang diperoleh dari observasi dengan keping saci adalah 32 cm,serta hasil untuk kecepatan arusnya yang didapatkan dengan menggunakan floumeter selama 3 menit adalah 1927.

sungai barito


Bumi Kalimantan sesuai namanya, Kalimantan berarti pulau yang memiliki Sungai- Sungai besar (kali ‘Sungai’; mantan ‘besar’) (Riwut, 1993:3) antara lain: Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Mahakam dan Sungai Barito. Sungai Barito bermuara pada laut Jawa dan berhubungan langsung dengan ibukota Kalimantan Selatan yakni Banjarmasin, hulu Sungai Barito berada di kaki pegunungan Muller perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Dari kaki pegunungan Muller hingga mencapai muara laut Jawa, panjang Sungai Barito mencapai 900 km, dengan lebar antara 650 m hingga mencapai 1000 m. Di daerah hulu Sungai Barito wilayah Kabupaten Murung Raya terdapat beberapa anak Sungai
Barito dapat dilayari seperti: Sungai Laung panjang 35,75 km, Sungai Babuat panjang 29,25 km, Sungai Joloi panjang 40,75 km, dan Sungai Busang panjang 75,25 km. Kedalaman dasar berkisar antara 3-8 m dan lebar badan Sungai lebih dari 25 m.Di wilayah kabupaten Barito Utara, anak Sungai Barito adalah Sungai Montalat panjang 11,25 km, Sungai Teweh panjang 87,50 km dan Sungai Lahei panjang 77, 50 km.Di Kabupaten Barito Selatan terdapat 11 anak
Sungai Barito yaitu: Sungai Jenamas panjang 3 km, Sungai Kelanis/Napu panjang 165 km, Sungai Mangkatip 160 km, Sungai Karau/Bangkuang panjang 120 km, Sungai Puning panjang 50 km, Sungai Ayuh panjang 100 km, Sungai Bamanen/Bundar panjang 20 km, Sungai Tabuk/Buntok kota panjang 20 km, Sungai Telang panjang 10 km, Sungai Janggi panjang 10 km, Sungai Bahaur panjang 50 km.
Di antara perbatasan kabupaten Barito Selatan dan kabupaten Barito Kuala, terdapat anak Sungai Barito yang masuk dalam wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara yakni Sungai Paminggir, menghubungkan ke Danau Panggang kabupaten Hulu Sungai Utara. Di Kabupaten Barito Kuala terdapat beberapa
anak Sungai Barito, yakni: Sungai Ulak panjang 30.2 km, Sungai Seluang panjang 38 km, Sungai Belawang panjang 38.6 km, Sungai Pelingkau panjang 38.7 km, Sungai Sabrang panjang 39.8 km, Sungai Belandean panjang 46.7 km.Di kabupaten Barito Kuala juga terdapat cabang Sungai Barito yakni Sungai Kapuas Murung yang menghubungkan ke kabupaten Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. Sungai Barito memiliki dua anak Sungai yang besar yaitu Sungai Bahan atau Nagara dan Sungai Martapura. Sungai Nagara memiliki beberapa cabang Sungai yakni Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Amandit dan Amas, tempat bermukim sebagian besar penduduk Kalsel. Kota penting di wilayah tersebut antara lain Tanjung, Amuntai, Barabai, Kandangan, Rantau dan Negara yang berada di daerah kaki pegunungan Meratus, kota- kota ini disebut dengan istilah Hulu Sungai. Adapun Sungai Martapura melewati kota Banjarmasin dan Martapura. Selain anak Sungai dan cabang Sungai Barito, di Kabupaten Barito Kuala terdapat tiga buah kanal buatan yang disebut Anjir untuk menghubungkan Sungai Barito dengan Sungai Kapuas, yakni Anjir Talaran, Anjir Serapat dan Anjir Tamban (Aditjondro, 2003: 28, dan Levang, 2003:175). Jumlah anak Sungai Barito di atas belum sepenuhnya lengkap, tapi cukup menjadi bukti yang menunjukkan posisi penting Sungai Barito sebagai muara anak Sungai yang bagian hulu berasal dari dua dataran tinggi, yakni pegunungan Muller di perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, serta Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. Dengan demikian, Sungai Barito adalah induk dari anak-anak sungai yang berada di berbagai kota kabupaten di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

pantai batakan


Pantai Batakan terletak di Desa Batakan, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut (Tala), sekitar 125 kilometer arah timur dari Kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan). Untuk mencapai lokasi Pantai Batakan, dari Kota Banjarmasin relatif mudah karena kondisi jalannya cukup baik. Walaupun jalannya berkelak-kelok dan turun- naik, tetapi menyajikan pemandangan alam yang indah berupa barisan perbukitan yang menghijau, hamparan persawahan yang menguning, serta perkampungan nelayan yang berada di tepi pantai. Pantai Batakan merupakan obyek wisata bahari yang terpadu dengan panorama alam pegunungan, karena di sebelah timurnya terdapat perbukitan pinus yang menjadi bagian dari Pegunungan Meratus. Di pantai ini pengunjung dapat mengelilingi pantai sambil menggunakan kuda sewaan, bersantai di bawah pohon cemara sambil menikmati keindahan pantai, atau menyaksikan panorama alam terutama saat matahari akan terbenam (sunset). Selain berwisata di sekitar pantai, pengunjung juga dapat berkunjung ke Pulau Datu yang letaknya tidak berapa jauh di depan Pantai Batakan. Di pulau ini terdapat sebuah obyek wisata religius yaitu makam Datu Pamulutan, seorang ulama yang dianggap sebagai wali Allah. Sebagai catatan, sama seperti tempat- tempat rekreasi lainnya di Indonesia, Pantai Batakan juga dilengkapi pula dengan fasilitas khas tempat rekreasi, seperti kamar mandi untuk bilas, rumah ibadah (masjid), panggung hiburan, cottage, restourant, penginapan, playground, hingga areal parkir kendaraan bermotor yang cukup luas.

Senin, 21 November 2011

pantai swarangan


Tujuan wisata untuk
parawisatawan yang senang menyaksikan matahari terbit
maupun matahari tenggelam.
Salah satu nya yaitu Pantai Swarangan. Pantai ini memiliki gelombang air laut yang cukup
besar sehingga sehingga sangat
cocok untuk orang yang hobi
berselancar. Aktivitas olah raga yang bisa
dilakukan di pantai ini, yakni
berenang, memancing, dan
berselancar. Atau aktivitas yang
simpel yakni berjemur santai di
bibir pantai sambil menikmati panorama alam pantai.
Selain panorama pantai, anda juga
bisa menjernihkan mata kita
dengan melihattumbuhan pohon
bakau yang masih berwarnaatau
melihatsarana panggung hiburan, dan publik toilet.

Kejernihan air laut merupakan
daya tarik utama bagipara
wisatawan yang berkunjung ke
lokasi tersebut. Di mana tempat
tersebut ramai dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun
mancanegara di waktu hari
liburan.
Pantai Swarangan terletak di Desa
Swarangan, Kecamatan Jorong.
Dapat ditempuh melalui transportasi darat dengan jarak
tempuhkurang lebih52 km dari
ibukota Kabupaten Tanah Laut,
atau sekitar 117 km dari kota
Banjarmasin ibukota Kalimantan
Selatan. Sayang keindahan pantai ini harus
di nodai dengan pungutan liar
orang yang tidak bertanggung
jawab dengan mengenakan tarif
masuk semuanya,ane sendiri juga
pernah jadi korban disitu dengan membayar biaya masuk 2 kali, jadi
hati-hati bagi anda yang ingin
berkunjung kesana,harus
memperhatikan yang mana yang
petugas dan mana yang
preman...hehehe, kalau gak ingin membayar masuk 2 kali. Kalau ane
perhatikan memang tidak ada
upaya pemerintah untuk
mengelola objek wisata ini, hal ini
masih terlihat dengan masih
semrawutnya penataan sarana- sarana pendukung, apalagi pada
saat libur banyak sekali warung-
warung dadakan dan kamar mandi
myang yang muncul tanpa
memandang tata letaknya,
sehingga dapat mangganggu pemandangan.

Museum Lambung Mangkurat



Museum Lambung Mangkurat adalah sebuah museum provinsi Kalimantan Selatan yang terletak di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Alamat museum ini di Jalan Jenderal Ahmad Yani km 36
Kota Banjarbaru kode pos 70711, telp:
(0511) 4772453, faksimile (0511)
4780312. Sejarah Bermula dari Museum Borneo yang
didirikan oleh Pemerintah Belanda pada
tahun 1907 di Banjarmasin. Akibat
masuknya penjajahan Jepang, Museum
Borneo berakhir dan dilanjutkan
pencetusannya oleh Gubernur Milono dengan didirikannya Museum
Kalimantan pada tanggal 22 Desember
1955. Separuh dari koleksi museum ini
merupakan kepunyaan Kiai Amir Hasan
Bondan Kejawen sebagai salah satu
Bapak Pioneer Museum. Didahului dengan diselenggarakannya
Konferensi Kebudayaan pada tahun
1957 di Banjarmasin, yang sepuluh
tahun kemudian (1967) diresmikan
berdirinya kembali museum yang diberi
nama Museum Banjar. Museum Banjar berakhir dan koleksinya dipindahkan ke
Museum Lambung Mangkurat bertempat
di Banjarbaru tepatnya di jalan Jenderal
Achmad Yani KM 35,5 Kelurahan
Banjarbaru Utara. Museum Lambung
Mangkurat mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979. Bermula dari Museum Borneo yang
didirikan oleh Pemerintah Belanda pada
tahun 1907 di Banjarmasin. Akibat
masuknya penjajahan Jepang, Museum
Borneo berakhir dan dilanjutkan
pencetusannya oleh Gubernur Milono dengan didirikannya Museum
Kalimantan pada tanggal 22 Desember
1955. Separuh dari koleksi museum ini
merupakan kepunyaan Kiai Amir Hasan
Bondan Kejawen sebagai salah satu
Bapak Pioneer Museum. Didahului dengan diselenggarakannya
Konferensi Kebudayaan pada tahun
1957 di Banjarmasin, yang sepuluh
tahun kemudian (1967) diresmikan
berdirinya kembali museum yang diberi
nama Museum Banjar. Museum Banjar berakhir dan koleksinya dipindahkan ke
Museum Lambung Mangkurat bertempat
di Banjarbaru tepatnya di jalan Jenderal
Achmad Yani KM 35,5 Kelurahan
Banjarbaru Utara. Museum Lambung
Mangkurat mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979.

pulau kaget


Pulau Kaget adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito termasuk dalam wilayah administratif
Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Kaget terletak dekat muara sungai Barito. Pulau Kaget sudah ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976
dengan luas 85 Ha. Kondisi alam pulau
ini cukup kritis karena adanya
penebangan pohon, khususnya pohon
rambai padi yang merupakan sumber
makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kaget merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan
beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek
wisata yang berada di dalam kawasan
hutan di Kabupaten Barito Kuala. Pulau Kaget merupakan lokasi tempat Said Abdul-Rahman Alkadrie merompak kapal Inggris

Sabtu, 19 November 2011

ampar-ampar pisang

nah, kalo lagu yang satu ini sering saya nyanyikan di waktu kecil bersama ibu saya :) hehe.

Lagu ampar-ampar pisang merupakan lagu khas dari kalsel. Yg di ciptakan oleh Hamiedan AC.

Nah, ini lirik lagunya:

Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga lepak mangga lepok
Patah kayu bengkok Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Jari kaki sintak dahuluakan masak Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga ricak mangga ricak
Patah kayu bengkok Tanduk sapi tanduk sapi kulibir
bawang
Nang mana batis kutung dikitip
bidawang

Jumat, 18 November 2011

paris barantai

aha.! Sudah lama saya tidak memposting..ehe. Nah, kali ini saya akan memposting lagu paris barantai. Ayo kita banyanyian:)

Wayah pang sudah hari
baganti musim
Wayah pang sudah
Kotabaru gunungnya Bamega
Bamega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang
Batamu lawanlah adinda
Adinda iman di dada rasa
malayang
Iman di dada rasa malayang Pisang silat tanamlah babaris
Babaris tabang pang bamban
kuhalangakan
Tabang pang bamban
kuhalangakan
Bahalat gununglah babaris Babaris hatiku dandam
kusalangakan
Hatiku dandam kusalangakan
Burung binti batiti di batang
Di batang si batang buluh kuning
manggading Si batang buluh kuning manggading
Kacilangan lampulah di kapal
Di kapal anak Walanda main
komidi
Anak Walanda main komidi
Malam tadi bamimpilah datang Rasa datang rasa bapaluk lawan si
ading
Rasa bapaluk lawan si ading
Kasiangan guringlah sabantal
Sabantal tangan ka dada hidung ka
pipi Tangan ka dada hidung ka pipi

Pencipta: H. Anang ardiansyah

Sabtu, 29 Oktober 2011

lamut


Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan
nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang
atau cianjuran. Bedanya, wayang
atau cianjuran dimainkan dengan
seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan lamut dibawakan dengan
terbang, alat tabuh untuk seni hadrah. Mereka yang baru melihat seni lamut
selalu mengira kesenian ini mendapat
pengaruh dari Timur Tengah. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain,
seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.[1] Pelaksanaan Lamut akan dilakukan
pada malam hari mulai pukul 22.00
sampai pukul 04.00 atau menjelang
subuh tiba. Pembawa cerita dalam
Lamut ini diberi julukan Palamutan.
Pada acara, Palamutan dengan membawa terbang besar yang
diletakkan dipangkuannya duduk
bersandar di tawing halat (dinding
tengah), dikelilingi oleh pendengarnya
yang terdiri dari tua-muda laki-
perempuan. Khusus untuk perempuan disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.[2] Sejarah Lamut berasal dari negeri China, bahasanya pun semula menggunakan bahasa Tionghoa kemudian di terjemahkan kedalam bahasa Banjar. Datangnya lamut di tanah Banjar
kira-kira pada tahun 1816 yang di
bawa oleh para pedagang Tionghoa ke Banjar hingga ke Amuntai, konon orang-orang dulu sangat
menyukainya karena lamut membawa
cerita yang sangat banyak dan
merupakan cerita pengalaman di
banyak negeri yang di sampaikan secara bertutur[1]. Ceritanya, di Amuntai, Raden Ngabe bertemu pedagang China pemilik kapal
dagang Bintang Tse Cay. Dari
pedagang itulah ia pertama kali
mendengar alunan syair China.
Dalam pertemuan enam bulan
kemudian, Raden Ngabe mendapatkan salinan syair China tersebut. Sejak itulah Raden Ngabe
mempelajari dan melantunkannya,
tanpa iringan terbang. Lamut mulai
berkembang setelah warga minta
dimainkan setiap kali panen padi
berhasil baik. Ketika kesenian hadrah masuk di daerah ini, Lamut
mendapat iringan terbang. Seni bertutur itu disebut lamut
karasmin karena menjadi hiburan
pada perkawinan, hari besar
keagamaan, maupun acara nasional.
Lamut juga digunakan dalam proses
batatamba (penyembuhan penyakit). Orang yang punya hajat dan terkabul
biasanya juga mengundang
palamutan. Kata "lamut", konon
berasal dari bahasa Arab, laamauta (ﺕﻭﻤﻻ ) yang artinya tidak mati[1]. Macam-macam Lamut Lamut Batatamba Lamut Batatamba (Lamut
pengobatan) berfungsi sebagai
pengobatan, misalnya untuk anak
yang sakit panas yang tidak sembuh-
sembuh, atau ada orang yang sulit
melahirkan dan lain-lain. pertunjukan lamut batatamba haus
disertai dengan sejumlah
persyaratan, yaitu piduduk yang
terdiri dari perangkat piduduk
(sesaji), kemenyan atau perapin
(dupa), beras kuning, garam, kelapa utuh, gula merah, dan sepasang benang-jarum. Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-
hundang (mengundang) roh halus,
membacakan doa selamat, dan
memandikan air yang telah didoakan kepada si sakit[1]. Lamut Baramian Lamut Baramian (Lamut Hiburan)
biasa dihadirkan untuk mengisi acara
perkawinan, syukuran, khitanan dan
acara hiburan lainnya. Bila pada wayang ada tokoh punakawan yang terdiri dari Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong, pada
Lamut tokohnya adalah Paman Lamut
serta tiga anaknya; Anglung,
Angsina, dan Labai Buranta.
Sedangkan ceritanya sudah berpakem seperti wayang purwa, tentang
kerajaan yang dipimpin Prabu Awang
Selenong. Meski tokoh dan pakem cerita lamut
tertentu, pengembangan cerita tetap
dimungkinkan sesuai kemampuan si
pelamutan dalam meramu. Ramuan
cerita itu bisa disadur dari kisah
Panji, Andi-andi, atau Tutur Candi, bahkan cerita 1.001 malam. Kisah
juga bisa menjadi dramatis dengan
lakon yang gagah berani atau
romantis. Masyarakat Banjar paling
mengharapkan kisah percintaan
antara Junjung Masari dan Kasan
Mandi. Para penonton hanyut ketika
mendengar kisah percintaan kedua
tokoh itu dalam syair pantun bahasa Banjar. Lamut juga digemari warga
keturunan Tionghoa di Banjarmasin. Mereka kerap minta lamut dimainkan
saat hendak sembahyang di Pulau Kembang di tengah Sungai Barito di Banjarmasin[1]. Fungsi Lamut Lamut berfungsi : 1. Sebagai media dakwah agama Islam dan muatan pesan–pesan pemerintah atau pesan dari
pengundang Lamut. 2. Sebagai hiburan 3. Manyampir, yaitu tradisi bagi
keturunan palamutan. 4. Hajat seperti untuk tolak bala atau
doa selamat pada acara kelahiran
anak, khitanan atau sunatan,
mendapat rejeki. Menurut
kepercayaan, kalau menyampir dan
hajat ini tidak dilaksanakan maka akan membuat mamingit yakni
menyebabkan sakit bagi yang
bersangkutan. 5. Sebagai pendidikan terutama
mengenai tata krama kehidupan
masyarakat Banjar. Biasanya
petatah petitih berupa nasihat, petuah atau bimbingan moral.[3] Terancam punah Seni lamut bisa dikatakan bernasib
malang karena kini di ambang punah.
Satu per satu pelamutan meninggal
dunia, sementara proses pewarisan
dan regenerasi kesenian itu mandek.
Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda
tak lagi tertarik memainkannya. Kini,
tak ada organisasi atau lembaga yang
peduli kepada lamut, apalagi
membina munculnya pelamutan baru.

madihin



Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah
sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi rakyat anonim bergenre
Madihin ini cuma ada di kalangan
etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi
Madihin dengan sendirinya tidak
dapat dirumuskan dengan cara
mengadopsinya dari khasanah di luar
folklor Banjar. Tajuddin Noor Ganie (2006) mendefinisikan Madihin dengan
rumusan sebagai berikut : puisi
rakyat anonim bertipe hiburan yang
dilisankan atau dituliskan dalam
bahasa Banjar dengan bentuk fisik
dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara
khusus dalam khasanah folklor
Banjar di Kalsel. Bentuk fisik Masih menurut Ganie (2006),
Madihin merupakan pengembangan
lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap
barisnya dibentuk dengan jumlah kata
minimal 4 buah. Jumlah baris dalam
satu baitnya minimal 4 baris. Pola formulaik persajakannya merujuk
kepada pola sajak akhir vertikal a/a/
a/a, a/a/b/b atau a/b/a/b. Semua
baris dalam setiap baitnya berstatus
isi (tidak ada yang berstatus
sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Banjar) dan semua baitnya
saling berkaitan secara tematis. Madihin merupakan genre/jenis puisi
rakyat anonim berbahasa Banjar yang
bertipe hiburan. Madihin dituturkan di
depan publik dengan cara dihapalkan
(tidak boleh membaca teks) oleh 1
orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin (bahasa Banjar
Pamadihinan). Anggraini Antemas
(dalam Majalah Warnasari Jakarta,
1981) memperkirakan tradisi
penuturan Madihin (bahasa Banjar :
Bamadihinan) sudah ada sejak masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun 1526. Status Sosial dan Sistim Mata Pencaharian
Pamadihinan Madihin dituturkan sebagai hiburan
rakyat untuk memeriahkan malam
hiburan rakyat (bahasa Banjar
Bakarasmin) yang digelar dalam
rangka memperintai hari-hari besar
kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan,
menghibur tamu agung, menyambut
kelahiran anak, pasar malam,
penyuluhan, perkawinan, pesta adat,
pesta panen, saprah amal, upacara
tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar). Orang yang menekuni profesi sebagai
seniman penutur Madihin disebut
Pamadihinan. Pamadihinan
merupakan seniman penghibur rakyat
yang bekerja mencari nafkah secara
mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Setidak-tidaknya ada 6 kriteria
profesional yang harus dipenuhi oleh
seorang Pamadihinan, yakni : (1)
terampil dalam hal mengolah kata
sesuai dengan tuntutan struktur
bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe, (2)
terampil dalam hal mengolah tema
dan amanat (bentuk mental) Madihin
yang dituturkannya, (3) terampil
dalam hal olah vokal ketika
menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4)
terampil dalam hal mengolah lagu
ketika menuturkan Madihin, (5)
terampil dalam hal mengolah musik
penggiring penuturan Madihin
(menabuh gendang Madihin), dan (6) terampil dalam hal mengatur
keserasian penampilan ketika
menuturkan Madihin di depan publik. Tradisi Bamadihinan masih tetap
lestari hingga sekarang ini. Selain
dipertunjukkan secara langsung di
hadapan publik, Madihin juga
disiarkan melalui stasiun radio
swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalsel. Hampir semua
stasiun radio swasta menyiarkan
Madihin satu kali dalam seminggu,
bahkan ada yang setiap hari.
Situasinya menjadi semakin
bertambah semarak saja karena dalam satu tahun diselenggarakan
beberapa kali lomba Madihin di tingkat
kota, kabupaten, dan provinsi dengan
hadiah uang bernilai jutaan rupiah. Tidak hanya di Kalsel, Madihin juga
menjadi sarana hiburan alternatif
yang banyak diminati orang,
terutama sekali di pusat-pusat
pemukiman etnis Banjar di luar
daerah atau bahkan di luar negeri. Namanya juga tetap Madihin. Rupa-
rupanya, orang Banjar yang pergi
merantau ke luar daerah atau ke luar
negeri tidak hanya membawa serta
keterampilannya dalam bercocok
tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah
(berdiplomasi), berkuntaw (seni bela
diri), bergulat, berloncat indah,
berenang, main catur, dan
bernegoisasi (menjadi calo atau
makelar), tetapi juga membawa serta keterampilannya bamadihinan (baca
berkesenian). Para Pamadihinan yang menekuni
pekerjaan ini secara profesional dapat
hidup mapan. Permintaan untuk
tampil di depan publik relatif tinggi
frekwensinya dan honor yang mereka
terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500 ribu sampai
1 juta rupiah. Beberapa orang di
antaranya bahkan mendapat rezeki
nomplok yang cukup besar karena ada
sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan
DVD di kota Banjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman
Madihin mereka. Hasil penjualan
kaset, VCD, dan DVD tersebut
ternyata sangatlah besar. Pada zaman dahulu kala, ketika etnis
Banjar di Kalsel masih belum begitu
akrab dengan sistem ekonomi uang,
imbalan jasa bagi seorang
Pamadihinan diberikan dalam bentuk
natura (bahasa Banjar : Pinduduk). Pinduduk terdiri dari sebilah jarum
dan segumpal benang, selain itu juga
berupa barang-barang hasil
pertanian, perkebunan, perikanan,
dan peternakan. Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel Madihin tidak hanya disukai oleh para
peminat domestik di daerah Kalsel
saja, tetapi juga oleh para peminat
yang tinggal di berbagai kota besar di
tanah air kita. Salah seorang di
antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu
terkesan dengan pertunjukan Madihin
humor yang dituturkan oleh
pasangan Pamadihinan dari kota
Banjarmasin Jon Tralala dan
Hendra. Saking terkesannya, beliau ketika itu berkenan memberikan
hadiah berupa ongkos naik haji plus
(ONH Plus) kepada Jon Tralala.
Selain Jhon Tralala dan Hendra, di
daerah Kalsel banyak sekali bermukim
Pamadihinan terkenal, antara lain : Mat Nyarang dan Masnah pasangan Pamadihinan yang paling senior di
kota Martapura), Rasyidi dan Rohana
(Tanjung), Imberan dan Timah (Amuntai), Nafiah dan Mastura
Kandangan), Khair dan Nurmah
(Kandangan), Utuh Syahiban
Banjarmasin), Syahrani
(Banjarmasin), dan Sudirman (Banjarbaru). Madihin mewakili Kalimantan Timur pada Festival Budaya Melayu. Datu Madihin, Pulung Madihin, dan Aruh Madihin Pada zaman dahulu kala,
Pamadihinan termasuk profesi yang
lekat dengan dunia mistik, karena
para pengemban profesinya harus
melengkapi dirinya dengan tunjangan
kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan
oleh seorang tokoh gaib yang tidak
kasat mata yang mereka sapa dengan
sebutan hormat Datu Madihin. Pulung difungsikan sebagai kekuatan
supranatural yang dapat memperkuat
atau mempertajam kemampuan
kreatif seorang Pamadihinan. Berkat
tunjangan Pulung inilah seorang
Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan
kemampuan intelektualitas
kesenimanannya hingga ke tingkat
yang paling kreatif (mumpuni).
Faktor Pulung inilah yang membuat
tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai
Pamadihinan, karena Pulung hanya
diberikan oleh Datu Madihin kepada
para Pamadihinan yang secara
genetika masih mempunyai hubungan
darah dengannya (hubungan nepotisme). Datu Madihin yang menjadi sumber
asal-usul Pulung diyakini sebagai
seorang tokoh mistis yang
bersemayam di Alam Banjuran
Purwa Sari, alam pantheon yang
tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep
kosmologi tradisonal etnis Banjar di
Kalsel. Datu Madihin diyakini sebagai
orang pertama yang secara
geneologis menjadi cikal bakal
keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel. Konon, Pulung harus diperbarui
setiap tahun sekali, jika tidak, tuah
magisnya akan hilang tak berbekas.
Proses pembaruan Pulung dilakukan
dalam sebuah ritus adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul
Awal atau Zulhijah. Menurut Saleh
dkk (1978:131), Datu Madihin
diundang dengan cara membakar
dupa dan memberinya sajen berupa
nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat
baboreh. Jika Datu Madihin berkenan
memenuhi undangan, maka
Pamadihinan yang mengundangnya
akan kesurupan selama beberapa
saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan
menuturkan syair-syair Madihin
yang diajarkan secara gaib oleh Datu
Madihin yang menyurupinya ketika
itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan
yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang
dibakarnya habis semua, maka hal itu
merupakan pertanda mandatnya
sebagai Pamadihinan telah dicabut
oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan
bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur
secara sukarela dari panggung
pertunjukan Madihin

Jumat, 28 Oktober 2011

masak habang



Banjarmasin tidak hanya dikenal
karena memiliki ikon tersohor seperti
Jembatan Barito atau Pasar
Terapung saja, tapi juga beragam
kuliner khas yang sayang jika tidak
dicoba. Salah satunya adalah Masak Habang. Masak Habang adalah
kuliner Banjar yang menurut
kacamata saya paling banyak
dikonsumsi masyarakat. Karena di
setiap sudut kota Banjarmasin, anda
bisa dengan mudah menemukan warung, restoran atau kedai yang
menghidangkan masakan satu ini.
Isinya pun beragam. Mulai daging
sapi, ayam, telu ayam, telur itik atau
bebek hingga jerohan ayam. Awalnya saya tidak begitu suka
masakan ini karena rasanya yang
manis. Tapi setelah beberapa kali
mencoba, warnanya yang merah
merona, serta aromanya yang khas,
selalu menggoda saya untuk mencicipinya lagi dan lagi.Di Kandangan Kalsel, Ayam
Masak Habang ini makanan harian,
ayam bisa diganti Haruan/Gabus atau aneka ikan atau udang atau itik/
bebek kalau suka. Kalau Makan
Ketupat Kandangan pasti temannya
Ayam Masak Habang ini. Bisa juga
hanya dengan Sop atau Soto
Banjar...duh yummi deh, dengan Gangan Kuning Sukun.
Bahan: 1 ekor ayam, potong 12/14/16,
Mexican Californian Dried Chillies
besar 10 buah atau 1 pon
bawang merah 6 butir/bombay 1/4
bawang putih 2 siung
jahe seiris gula merah 1/2
garam
terasi sedikit (bila suka)
cengkeh 2 biji (bila suka)
asam jawa sedikit (pakai yang ekstrak
supaya lebih mudah) kayu manis 2 cm( bila suka)
minyak sayur 1 cup
Petunjuk
1. Bersihkan ayam, lumuri dengan
jeruk nipis dan cuci bersih lagi hingga
hilang bau amisnya, tiriskan
2. Cabe kering rendam semalaman,
atau jalan pintasnya rebus selama
1/2 jam, buang biji 3. Haluskan semua bumbu kecuali
cengkeh dan kayu manis
4. Panaskan wajan, panaskan
minyak, tumis bumbu sampai harum
dan matang, masukkan ayam dan
masak sampai matang, dengan dijaga dan dibalik-balik terus jangan sampai
bumbu gosong.
Hidangkan dengan nasi panas dan
sayur sop, bening atau Gangan
Kuning.

soto banjar


Soto Banjar adalah soto khas suku Banjar, Kalimantan Selatan dengan bahan utama ayam dan beraroma harum rempah-rempah seperti kayu manis, biji pala, dan cengkeh. Soto berisi daging ayam yang sudah
disuwir-suwir, dengan tambahan perkedel atau kentang rebus, rebusan telur, dan ketupat.[1] Seperti halnya soto ayam, bumbu Soto Banjar berupa bawang merah, bawang putih dan merica, tapi tidak memakai kunyit. Bumbu ditumis lebih dulu dengan sedikit minyak goreng atau minyak samin hingga harum sebelum dimasukkan ke dalam kuah
rebusan ayam. Rempah-rempah
nantinya diangkat agar tidak ikut
masuk ke dalam mangkuk sewaktu
dihidangkan.
Bahan:
· 1 ekor ayam, potong jadi 4 bagian
· 2 liter air
· 250 cc susu cair
· ¼ butir pala
· 10 cm kayu manis
· 2 butir cengkeh
· garam Bumbu yang dihaluskan: · 8 butir bawang merah
· 5 siung bawang putih
· 1 sdt merica bulat
· minyak goreng Cara Membuat:
· Di dalam panci masukkan 2 liter
air, ayam dan garam secukupnya.
Rebus sampai ayam matang dan
empuk.
· Angkat, lepaskan daging ayam dari
tulangnya. Potong ayam berbentuk dadu atau disuwir-suwir. Sisihkan.
Sisakan air perebus ayam kurang
lebih 1¾ liter.
· Di dalam wajan, masukkan sedikit
minyak goreng. Panaskan dengan
api sedang.
· Tumis bumbu yang sudah
dihaluskan dalam wajan sampai
harum.
· Masukkan tumis bumbu ke dalam
kuah ayam. Masukkan juga kayu
manis, pala dan cengkeh, didihkan. Tambahkan susu cair, aduk rata
supaya tidak pecah. Catatan: Soto Banjar biasa dihidangkan
dengan beberapa bahan pelengkap:
· 12 buah perkedel kentang
· 100 gr soun direndam air panas
sampai lunak, tiriskan
· 6 butir telur rebus, potong-potong · 4 sdm bawang merah goreng
· 2 batang daun bawang, iris tipis
· 1 batang daun seledri, iris halus
· kecap manis secukupnya
· jeruk nipis
· sambal soto banjar

katupat kandangan


Makanan ini dikenal
dengan nama Ketupat Kandangan.
Kandangan adalah sebuah kota di
Kalimantan Selatan. Kalau tidak salah, ini adalah daerah asal Hamzah
Haz, mantan Wakil Presiden RI. He
he, sudah lupa ‘kan bahwa kita pernah
punya wakil presiden bernama
Hamzah Haz yang kini tidak lagi
terdengar namanya. Untungnya, dengan masakan ketupatnya,
Kandangan tetap kondang di seluruh
Nusantara. Ketupat adalah makanan yang sangat
umum dan dapat dijumpai di
berbagai wilayah Nusantara dengan
ciri khas masing-masing. Dari
Sabang sampai Merauke, kita dapat
menemukan berbagai hidangan ketupat dengan ciri-ciri kedaerahan
yang khas. Dalam catatan saya,
beberapa sajian ketupat yang paling
saya sukai adalah: ketupat sayur di
Banda Aceh; ketupat dengan sayur
pakis di Sicincin, Sumatra Barat; ketupat sayur dengan lauk pindang
bandeng di Kebayoran Lama, Jakarta;
lontong kari di Bandung; lontong
capgomeh di Semarang; ketupat
dengan lauk rujak di Madura; tipat
cantok di Bali; dan ketupat kandangan ini. Ketupat kandangan disajikan hanya
dengan guyuran kuah santan mirip
opor, berwarna kekuningan, ditaburi
bawang merah goreng. Cara
makannya sangat khas. Sekalipun
berkuah, ketupat ini justru harus disantap tanpa sendok, melainkan
dengan tangan. Ketupatnya hanya
dibelah dua ketika disajikan, lalu
“dihancurkan” dengan tangan. Beras
Banjarmasin memang tidak pulen
seperti di Jawa. Ditanak sebagai nasi pun hasilnya seperti nasi pera yang
tidak lengket satu sama lain. Ketika
dimasak menjadi ketupat pun
nasinya masih mudah tercerai-berai
lagi. Setelah nasi ketupat itu “bubar
jalan”, masing-masing akan menyerap kuah santan, sehingga
mudah pula disuap dengan tangan.
Sungguh, cara makan yang sangat
unik. Pendamping yang cocok untuk ketupat
kandangan ini adalah ikan haruan
goreng, atau ikan haruan masak
habang (seperti bumbu bali atau
bumbu balado). Ikan haruan mirip
ikan gabus yang di Jawa sering disebut sebagai iwak kutuk, tetapi
durinya tidak terlalu banyak. Ikan
haruan Banjarmasin lebih mirip ikan
gabus dari Danau Sentani di Papua
Barat yang juga sedikit durinya, dan
dagingnya lebih gurih. Di sebuah warung ketupat kandangan
di Banjarmasin, sajian
pendampingnya termasuk sate telur
ikan haruan, sate isi perut ikan
haruan, dan telur rebus masak
habang. Dalam kunjungan terakhir ke
Banjarmasin, saya menemukan satu
lagi sajian lontong yang membuat
saya langsung “jatuh cinta” dan
terpaksa “bercerai” dengan ketupat
kandangan. Sajian yang menggetarkan ini dikenal
warga Banjarmasin dengan nama
Lontong Orari. Dulu, rumah yang
sekarang dipakai untuk berjualan
makanan ini adalah markasnya para
aktivis radio amatir yang tergabung dalam ORARI (Organisasi Radio
Amatir Republik Indonesia). Seperti
kita ketahui, para breakers ini selain
gemar cuap-cuap di udara juga
sering melakukan “copy darat” agar
dapat saling bertemu muka. Kebetulan, tidak jauh dari tempat
mereka berkumpul itu ada seorang
penjual lontong yang sungguh enak. Lama-kelamaan, penjual lontong
itupun “diakuisisi” dan kini lontong
lezat itu “go public” – tidak lagi hanya
dapat dinikmati para breakers.
Rumah besar itu selalu ramai oleh
para pelanggan setianya. Lontongnya berbentuk segitiga lebar
dan pipih. Satu porsi full berisi dua
lontong. Porsi ini benar-benar kelas
berat. Saya saja tidak mampu
menghabiskan satu lontong yang
berukuran besar itu. Seperti ketupat kandangan,
lontongnya juga diguyur opor nangka
muda. Warna kuahnya tidak sekuning
ketupat kandangan, karena bumbunya
memang tidak memakai kunyit. Cara
makannya mirip dengan ketupat kandangan, yaitu memakai tangan –
tidak memakai sendok. Lauknya disajikan dalam piring
terpisah – sebutir telur rebus dan
ikan haruan goreng masak habang.
Kuah lauk berwarna merah ini setelah
bercampur dengan kuah putih lontong
akan menghasilkan warna yang mengagumkan. Warna kuahnya
langsung membuat saya teringat
lontong capgomeh “Warung Air
Mancur” di Semarang. Lontong Orari
ini termasuk kategori mak nyuss!
Sungguh memukau. Satu catatan penting tentang kuliner
Banjarmasin yang harus saya
kemukakan di sini adalah
kecenderungan citarasa manis yang
berlebihan. Bahkan sayur asem yang
seharusnya berasa asam, tetap harus tampil manis di Banjarmasin. Orang
Banjar memang suka masakan
manis. Sepedas apapun sambal yang
ditampilkan, selalu ada tone manis
yang muncul.