Kamis, 24 November 2011

kuriding


Kuriding adalah sebuah alat musik khas
Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan
oleh seniman dari etnis Bakumpai
maupun Banjar. Kuriding dibuat dari
enau atau kayu mirip ulin yang hanya
ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Cara memainkan Kuriding adalah
tangan kiri memegang tali pendek
melingkar yang menahan bilah kayu itu
agar menempelkan di mulut.Tangan
kanan menarik-narik tali panjang yang
diikat pada ujung bilah sebelahnya. Terdengar seperti suara angin menderu-
deru, diiringi bunyi menghentak-hentak
berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut
pemain Kuriding, sedangkan bunyi
menghentak-hentak dari tarikan tangan kanan…Alat musik Kuriding diketahui
melalui lagu Ampat Lima yang salah
satu liriknya adalah "ampat si ampat
lima ka ai, Kuriding patah,.." tapi jarang
ada yang melihat bentuk alat itu apalagi
orang memainkannya. Tangan kirinya memegang tali pendek
melingkar yang menahan bilah kayu itu
agar menempelkan di mulut. Tangan
kanannya menarik-narik tali panjang
yang diikat pada ujung bilah sebelahnya.
Terdengar seperti suara angin menderu- deru, diiringi bunyi menghentak-hentak
berirama teratur.
Deru angin itu muncul dari tiupan mulut
pemain Kuriding, sedangkan bunyi
menghentak-hentak dari tarikan tangan
kanan. Begitu pemain kuriding beraksi, berhamburan para wartawan
mengabadikan permainan musik langka
itu. Itulah salah satu atraksi musik
kuriding yang ditampilkan dalam acara
pembukaan Kongres Budaya Banjar,
Ahad (4/4). Alat musik Kuriding diketahui melalui
lagu “ampat lima ading ai Kuriding
patah,..” tapi jarang ada yang melihat
bentuk alat itu apalagi orang
memainkannya. Sayangnya penampilan
pemain Kuriding dari Ngaju Kantor, Marabahan itu hanya sejenak saja.
Raminah, salah seorang pemain
Kuriding ditemui di belakang panggung,
menceritakan ia sudah 15 tahun menjadi
pemain Kuriding.
Bagi perempuan yang berusia 45 tahun itu, orang bisa bermain kuriding sudah
langka. Apalagi tingkat kesulitan
menguasai alat cukup tinggi, “Dulu
jumlah kami yang belajar kuriding
sekitar 50 orang, tapi terus bermain
hanya tiga orang,” kata Raminah sambil memperlihatkan kuriding kepada
Urbana.
Ia mewarisi kuriding dari ayahnya, lalu
menceritakan bahan membuat kuriding
dari enau, atau kayu mirip ulin yang
hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Sesulit memainkannya, alat
kuriding juga sulit dibuat meskipun
tampak sederhana. “Kalau salah
membuatnya dapat membahayakan
pemain, makanya lagu Kuriding patah
itu benar adanya. Sebab, kuriding bisa patah ketika dimainkan dan berakibat
membahayakan pemainnya,”
terangnya. Melihat kenyataan demikian,
perempuan dari suku Bakumpai ini
khawatir, generasi muda kini susah
belajar bermain musik tradisional Kuriding.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar