Kamis, 24 November 2011

KUE PUTRIE SELAT


Setiap memasuki bulan Ramadhan, bermunculan aneka macam kue khas Banjar di Kalimantan Selatan. Salah satunya adalah kue “Puteri Selat”, kue tradisional yang pada masa kerajaan Banjar menjadi kegemaran kaum bangsawan. Pasar Wadai (pasar kue) di jalan Jenderal Sudirman yang terletak di tepi Sungai Martapura kota Banjarmasin kalimantan Selatan sejak dibuka pada hari pertama bulan puasa hingga kini selalu Ramai pengunjung. Orang Banjar biasanya menjadikan kue tradisional untuk hidangan penutup saat makan. Dipasar Wadai, kue khas Banjar yang jarang dijumpai, akan banyak bermunculan. Seperti kue Kak Kicak, Puteri Selat, Bingka Barandam serta Batatak Sagu. Sebenarnya bukan sekadar adonan resep yang hanya dirasakan lidah semata. Lebih dari itu, makanan khas banjar adalah cita rasa sosial budaya yang penuh makna. Ibu Rukayah Tarmidji adalah salah seorang pembuat kue khas “Puteri Selat” yang cukup dikenal di Banjarmasin. Dirumahnya di jalan Sutoyo kota Banjarmasin, setiap hari, puluhan loyang kue Puteri Selat, diolah. Kesibukannya akan semakin bertambah terutama di bulan Ramadhan. Kue Puteri Selat buatan Rukayah memiliki cita rasa yang beda, yakni manis dan lembut karena menggunakan bahan alami tanpa zat pewarna maupun zat pengawet. Resep yang digunakannya pun merupakan warisan keluarganya sejak puluhan tahun silam. Bahan-bahan untuk membuatnya adalah tepung terigu, santan kelapa muda, kuling terul tambak, gula merah barabai dan daun pandan untuk pewarna hijau. Menurut Rukayah, kue Puteri Selat pertama kali diperkenalkan oleh Puteri Junjung Buih, seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa yang menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Untuk menjaga kualitas, ada beberapa adonan dari bahan tertentu yang harus dikerjakan sendiri oleh Rukayah dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain. Harga per potong atau satu iris kue Putri Selat dijual 12 Ribu Rupiah. Harga tersebut sesuai dengan rasa yang nikmat. Selain Puteri Selat, kue lainnya buatan Rukayah, diantaranya adalah Sari Muka, Sari Penganten, Hula-Hula, Lapis Ketan, Amparan Tatak dan Kararaban. Bagi warga di Banjarmasin, menunggu saat berbuka puasa tak terasa jika sudah berada di pasar Wadai, karena selain kue dan makanan, perhiasan dan kebutuhan rumah tangga juga banyak dijual di pasar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar